Determinan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Puskesmas Grong-Grong Kabupaten Pidie, 2019
Abstract
Abstrak. Stunting merupakan keadaan kurang gizi (Z-Score=<-2 SD) yang berlangsung secara terus menerus dan terjadi dalam jangka waktu yang lama. Kabupaten Pidie menduduki posisi nomor tiga tertinggi (43,7%) terkait kejadian stunting di Provinsi Aceh setelah Kabupaten Subussalam (47,3%) dan Kabupaten Aceh Selatan (44%) pada Tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Grong-Grong Kabupaten Pidie Tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Grong-Grong yaitu sebanyak 86 responden. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 29 Juli sampai 06 Agustus 2019. Data primer diperoleh langsung melalui pengukuran tinggi badan anak dan melalui kuesioner yang dilakukan kepada responden dengan cara wawancara. Uji statistik yang digunakan yaitu uji Chi-Square. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak (36.05%) anak mengalami stunting, status gizi pada ibu hamil (9,3%) KEK, yang bayi berat lahir rendah (8,14%), yang jarak kelahiran berisiko (17,4%), yang tidak memberikan ASI eksklusif (80,2%), dan yang ada penyakit infeksi (63,0%). Dari analisa statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI (p= 0,004), penyakit infeksi (p=0,001), dan tidak ada hubungan antara status gizi bumil (0,494), berat bayi lahir rendah (p=0,695), dan jarak kelahiran (0,405) dengan stunting pada balita. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif dan penyakit infeksi merupakan faktor yang sangat berhubungan terhadap kejadian stunting pada balita, saran kepada petugas Puskesmas Grong-Grong agar lebih meningkatkan pelayanan gizi yang menyeluruh mengenai ASI Eksklusif dan berusaha menurunkan kejadian penyakit infeksi dan dapat menurunkan stunting pada balita dimasa yang akan datang.
Abstract. Stunting is a state of malnutrition (Z-Score = <-2 SD) that lasts continuously and occurs over a long period of time. Pidie District occupies the third highest position (43.7%) related to stunting in Aceh Province after Subussalam District (47.3%) and South Aceh District (44%) in 2017. This study aims to determine the determinants of stunting in children under five in Indonesia. the working area of the Grong-Grong Health Center, Pidie Regency in 2019. This research is an analytical descriptive research with a cross sectional design. The population in this study were all mothers who had toddlers aged 24-59 months in the working area of the Grong-Grong Health Center as many as 86 respondents. Data collection was carried out from 29 July to 06 August 2019. Primary data was obtained directly through measuring children's height and through questionnaires conducted to respondents by means of interviews. The statistical test used is the Chi-Square test. From the results of the study, it was found that as many as (36.05%) children experienced stunting, nutritional status of pregnant women (9.3%) SEZ, low birth weight babies (8.14%), with risky birth spacing (17.4%), who did not give exclusive breastfeeding (80.2%), and who had infectious diseases (63.0%). From statistical analysis, it can be concluded that there is a relationship between breastfeeding (p = 0.004), infectious diseases (p = 0.001), and there is no relationship between the nutritional status of pregnant women (0.494), low birth weight (p = 0.695), and birth spacing. (0.405) with stunting in children under five. The conclusion of this study shows that exclusive breastfeeding and infectious diseases are factors that are strongly related to the incidence of stunting in toddlers, advice to Grong-Grong Health Center officers to further improve comprehensive nutritional services regarding exclusive breastfeeding and try to reduce the incidence of infectious diseases and can reduce stunting. in future toddlers.
References
Supariasa, Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku kedokteran, 2011.
Kemenkes RI, Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 2016, http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita-pendek-2016.pdf [28 Februari 2019].
Satria, Sepertiga Anak Usia Sekolah di Indonesia Alami Stunted. 2010, Error! Hyperlink reference not valid. hp?page =rilis&artikel=3070 [19 Desember 2018].
Oktavia, Faktor risiko penyebab anak stunting, 2013. http://jnk.phb.ac.id/index. php/jnk /article/download/374/pdf [29 Februari 2018].
WHO. WHA Global Nutrion Targets 2025 : Stunting Policy Brief. WHO
Press: Geneva, 2014.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).Gerakan Nasional Pencegahan Stunting danKerjasama Kemitraan Multi Sektor. Jakarta, 2018.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian RI.
Profil Dinas Kesehatan Pidie. Dinas Kabupaten Pidie, Pidie, 2017.
Hidayat, A. Aziz Alimul., Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Buku 2, Jakarta: EGC Salemba Medika; 2009.
Sri Indrawati, 2015. Status Sosial Ekonomi Dan Intensitas Komunikasi Keluarga Pada Ibu Rumah Tangga Di Panggung Kidul Semarang Utara Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.1 April 2015, 52-57.
Kemenkes RI. Keputusan menteri kesehatan RI No. 1995/Menkes/SK/ XII/2010tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, 2010.
Nasikhah & Margawati, 2011, Faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 24-39 bulan di Kecamatan Semarang Timur. Undergraduate thesis, Diponegoro University.
Angina Rohdalya Solin., 2019. Hubungan Kejadian Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian Stunting pada Balita 1-4. Tahun. Jurnal. Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran.
Maxwell,S., Module 5 Cause of Malnutrition, 2011. www.unscn.org [28 Februari 2019].
Onggowaluyo Dkk, 2002 Onggowaluyo, Parasitologi Medik I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 2002.
Woge, 2007 Woge, Hubungan antara status gizi balita dengan penyakit infeksi kecacingan, 2007.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42133/Chapt er%2 0II Pdf?sequence=4&isAllowed=y [15 Juni 2019].
Wahdah, 2012 Wahdah,S., Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Umur 6-36 Bulan di Wilayah Pedalaman Kecamatan Silat Hulu Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat, Yogyakarta: Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Kusumawardhani Dkk, 2017 Kusumawardhani I. Asi Eksklusif, Panjang Badan Lahir, Berat Badan LahirRendah Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Stunting PadaAnak Usia 6-24 Bulan Di Puskesmas Lendah Ii Kulon Progo. Department of Nutrition Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 2017.
Nasution, D. Nurdiati, D.S. & Huniyati, E., Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-24 Bulan, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 2014.
Hafid Dan Nasrul, 2016 Hafid, F & Nasrul, N., Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 6-23 Bulan di Kabupaten Jeneponto, Indonesian Journal of Human Nutrition, 2016.
Kusharisupeni, 2002 Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (BALITA). ... Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Yulianti., Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak sekolah dasar di SDN Muka Sungai Kuruk Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang, Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiah Aceh, 2018.
Kristiana Tri Warsini, Hamam Hadi, Detty dan Siti Nurdiati. 2016. Riwayat KEK dan Anemia pada ibu hamil tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6- 23 bulan di kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia.
Sukmawati Dkk, 2018 Sukmawati dkk, Status gizi ibu hamil dengan kejadian stunting pada balita. 2018, http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediagizi/article/downlo ad/55/pdf [20 juli 2019]
							
							




